Archive for October, 2011

Kumpulan Pertanyaan yang Sering Masuk di Blog/Email

Sebagian besar pertanyaan yang masuk ke blog dan email saya rata-rata sama. Oleh karena itu saya akan membahas satu persatu disini. Sementara saya bahas beberapa pertanyaan dulu, nanti saya update satu persatu.

Tanya: Ada teman/saudara saya yang dulu katanya patah tulang, kemudian berobat ke dukun/sangkal putung/tradisional dan ternyata sembuh.

Jawab: Saya sering mendapat pertanyaan ini, bahkan dari saudara saya sendiri. Saya tidak bisa berkomentar banyak kalau ada yang berkata seperti ini, pertama karena umumnya mereka selalu bilang “katanya”,  iya kalau fraktur, kalau tidak? kalau cuma ada trauma pada otot, dipasang bidai, istirahat beberapa hari juga sembuh. kedua, saya tidak melihat foto rontgennya apakah benar ada fraktur atau tidak. Tidak semua fraktur harus dioperasi, justru sebagian besar fraktur bisa ditangani dengan non operasi. Misal fraktur clavicula/tulang selangka, atau fraktur pada tulang tangan dengan tanpa pergeseran (lihat gambar).

Gambar diatas (tanda panah) menunjukkan adanya fraktur pada tulang kering anak-anak. Pengobatan utamanya adalah dengan memasang gips, tidak perlu operasi (kecuali ada luka terbuka yang harus dioperasi/dibersihkan untuk menghindari infeksi) dalam waktu 2-3 bulan gips sudah bisa dilepas.

Gambar diatas menunjukkan fraktur tulang selangka/clavicula. 90% lebih fraktur seperti ini akan menyambung, tidak perlu operasi. Cukup dipasang figure of 8 seperti gambar dibawah selama 4-6 minggu. Operasi dan pemasangan pen diindikasikan, diantaranya pada kasus: patah tulang terbuka, adanya gangguan saraf/pembuluh darah yang menyertai fraktur, atau patah tulang selangka kanan dan kiri.

 

Tanya: Tulang saya cuma “retak” tidak patah, apakah perlu dioperasi?

Jawab: Dalam ilmu kedokteran, kita tidak membedakan antara retak dan patah. Istilahnya hanya satu, yaitu fraktur yang didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang. Masyarakat awam, cenderung menganggap “retak” sebagai kondisi yang lebih ringan dibandingkan patah, padahal tidak demikian. Penanganan fraktur memang bisa dengan tanpa operasi atau operasi, dan pertimbangannya banyak mulai dari usia, lokasi fraktur, jenis dan tipe fraktur dan sebagainya.

Tanya: Orang tua saya, kakek saya, saudara2, teman2 saya kalau keseleo selalu ke tukang urut/pijat tradisional, dan selalu sembuh. Kenapa kok dokter mengatakan bahwa keseleo sebaiknya tidak dipijat?

Jawab: Pijat/urut memang sudah menjadi tradisi/budaya pengobatan di Indonesia sejak jaman dulu. Dulu, ketika saya masih SMP, setiap keseleo saat bermain basket, orang tua saya juga selalu membawa saya ke tukang pijat. Saya masih ingat sakitnya ankle/pergelangan kaki saya saat diurut, padahal saat itu kondisinya sangat bengkak, memang beberapa hari kemudian bengkaknya hilang. Tapi, sekali lagi.. itu dulu. Tahukah anda, dulu sebelum Galileo Galilei menemukan teleskop, sebagian besar orang di dunia mengikuti keyakinan Nicolaus Copernicus yang mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya? Dan bahwa bumi itu tidak bulat? Dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan, pada akhirnya keyakinan yang salah dan dipegang sebagian besar penduduk dunia itu akhirnya dipatahkan.

Sama halnya dengan keseleo. Jaman dahulu, ilmu kedokteran  belum banyak berkembang, jumlah dokter masih terbatas, maka banyak kasus trauma/keseleo yang ditangani oleh orang non medis melalui tindakan yang kurang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sekarang dengan perkembangan ilmu traumatologi yang sangat pesat, kita bisa memahami, apa sih sebenarnya yang terjadi ketika kaki keseleo (selengkapnya baca artikel saya mengobati keseleo dengan benar). Dan sebaiknya, begitu keseleo, dilakukan pemeriksaan foto rontgen, untuk menyingkirkan kemungkinan terjadi patah tulang.

Sekarang kenapa setelah dipijat bisa sembuh/mereda? Penanganan keseleo memang cukup dengan istirahat, bebat, dan elevasi serta pemberian anti nyeri seperlunya (RICE). Cukup anda “biarkan” selama 3-5 hari bengkak akan berkurang sendiri. Pada saat keseleo, sudah terjadi trauma pada otot, ligament, tendon, tindakan mengurut/memijat hanya akan memperberat kondisi trauma yang sudah terjadi. Meskipun demikian, pada akhirnya trauma tersebut juga akan mereda. Ini adalah proses alami tubuh, proses kesembuhan terjadi sudah ada polanya/tahapannya, yang diawali melalui proses inflamasi atau peradangan. Bila ada trauma tambahan akibat memijat, maka proses peradangan ini akan semakin memanjang.